Oleh: AnDez
Senyuman Si Kecil disebuah Negeri
Kini berubah menjadi kebencian
Kebencian itu kebencian yang
didasarkan cinta sejati pada Sang Raja
Kasih sayang disebuah Negeri
Tersirat pada kasih sayang sang Besar
Kasih sayang itu kini berubah menjadi kerelaan
Kerelaan yang didasarkan janji pasti Sang Raja
Awan Negeri itu kini terus kelam,
Menanti sebuah Hujan Deras
Hujan deras dari Negeri Timur, Barat, Utara, dan Selatan
Tapi … sayang yang ada hanya Api yang terus membakar Negeri itu
Api panas yang dikobarkan oleh kaum kera, dan kaum munafik
Hanya ada sebuah Genggaman Yang dapat menahan api itu
Genggaman itu adalah Genggaman ribuan kerikil yang membuat gentar sang kera
Genggaman ini bukan genggaman biasa kawan
Genggaman ini adalah genggaman si Kecil
Genggaman Pejuang dari Negeri Awan
Ketika Sentuhan Timah-timah panas dilontarkan sang Kera
Si kecil pun bahagia menerimanya, walau harus bermandikan darah yang segar
walau harus melihat dengan telinga, walau harus tersenyum dengan kesakitan
Sikecil pun menangis, tapi bukan sedih atas kesakitan
Tangisan mengalir karena melihat si Besar yang terus menghiburnya
Kini si Kecil telah tiada kawan, si kecil telah menuju kebahagiaan
Senyuman itu menutup matanya.
Sang Besar begitu ikhlas menerimanya
Karena ia yakin ia akan bertemu kembali dengan si Kecil
Bila Sang Besar Rindu … ia pun menatap kerikil milik Si kecil
Kerikil yang bermuatan Besar dalam kehidupan
Muatan Kerikil Mengukir Sejarah
Selamat Jalan Kecil
Mohon lah pada sang Raja Agar kami …
Agar kami dapat menjadi Hujan deras
Hujan Yang dapat memadamkan api kebencian.
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
-
Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman menyebut ada segelintir umat Islam
yang memakai istilah 'amar makruf nahi mungkar' untuk mengklaim kebenaran.
3 tahun yang lalu