Kamis, 04 Februari 2010

Carilah Rezeki dengan Bersedekah

Kehidupan seorang Muslim hanya satu, beribadah kepada Allah.
Karenanya, dimanapun dia berada, maka ridha Allah adalah
menjadi tujuan seorang Muslim.
Karena ridha Allah yang dia cari, maka sudah semestinya dia
hidup dalam syariat Allah, termasuk dalam berbisnis.
"Makanya, an-tuzara shiddiq wal anbiya, ma'ash-shiddiqin, wa
syuhada wa shalihin (pedagang yang jujur bersama nabi bersama
orang-orang jujur bersama para syuhada bersama orang-orang
shaleh) di dalam surganya Allah. Jujur lahir karena
keimanan," ujar Pimpinan Majeiis Az-Zikra, Ustadz Muhammad
Arifin Ilham.
Berikut ini petikan wawancara wartawan Republika, Damanhuri
Zuhri dengan dai muda ini:
Bagaimana Islam memandang perniagaan?
Kewajiban seorang Mukmin mencari ridha Allah. Berbisnis pun
untuk ridha Allah, bisnisnya untuk dakwah berarti bisnisnya
bagian dari amal saleh yang di dalamnya terjaga syariat Allah.
Makanya, Rasulullah saw bersabda, "Pedagang yang jujur bersama
nabi, bersama orang-orang jujur, bersama para syuhada bersama
orang-orang shaleh di dalam surganya Allah. Jujur lahir karena
keimanan.
Perniagaannya bukan lagi bernilai keuntungan dunia tapi
orientasinya keuntungan akhirat. Maka itu, bisnisnya pun bukan
hanya sekadar bisnis tapi sudah pada tingkatan amal saleh
tertinggi yaitu dakwah. Karena itu, dulu para pendakwah datang
melewati dagang. Jadi, dakwah sambil dagang bukan berdagang
sambil berdakwah.
Sejarah menulis, berdagang sambil berdakwah seakan-akan
dakwahnya pekerjaan sambilan. Justru mereka berdakwah sambil
dagang. Kalau dakwah melalui dagang auranya pedagang. Seorang
Muslim tempatnya berdagang, tokonya, pasarnya, sudah terasa
yang ada kejujurannya.
Rasulullah SAW sudah mencontohkan itu, harganya pun sesuai
dengan keadaan barangnya. Kenapa ini lebih murah? Karena
barangnya ada cacat sedikit. Kenapa yang ini lebih mahal?
Karena kualitasnya bagus. Saat Nabi Muhammad SAW menawarkan
barang dagangannya kepada calon pembeli beliau berkata, "Aku
diberi modal sekian, aku berangkat dengan unta ke sini.
Berapa engkau mau kasih keuntungan buat aku?"
Jadi, perniagaan ala Rasulullah tidak mengenal istilah black
market?
Bukan. Di sana ada keridhaan dari kedua belah pihak. Keridhaan
itu bicara hati. Tidak ada dusta hati, tidak ada pengkhianatan
hati, yang ada kejujuran. Apa yang di hati itu yang diucapkan,
apa yang diucapkan itu yang di hati. Makanya karena
orientasinya akhirat maka lakonnya dakwah. Kalau dakwah,
bagaimana orang yang membeli bisa kebeli hatinya sama kita.
Bagaimana untuk menumbuhkan sikap-sikap yang dicontohkan
Rasulullah SAW dan para sahabat dalam berbisnis?
Masalahnya sekarang, ekonomi yang dihadirkan ekonomi sekuler,
kapitalis. Kalaupun ada sosialis tapi keluar juga dari jalur
syariah. Dengan modal sedikit ingin memperoleh keuntungan yang
sebanyak-banyaknya. Itu target yang dicapai. Jadi, serakah,
penimbun, culas, pembohong, sumpah palsu.
Apa dampaknya dari bisnis yang seperti itu?
Dan pada akhirnya kehancuran. Pedagang dan pembeli sama-sama
akan mengalami kehancuran. Hilang kepercayaan dari pembeli.
Padahal market yang terbaik adalah akhlak. Makanya
dagangannya Rasulullah SAW akhlak. Makanya Rasulullah SAW
berdakwah sambil berdagang supaya menjadi contoh. Dan Alquran
pun dibahasakan dagang. Yaa ayuuhaladzina amanu hal
adullukum alatizaratin tunjikum min azabin alim.
Tu'minunabillahi warasulihi watujahiduna fisabilillah
biamwalikun wa anfusakum zalikum khairullakum inkuntum
ta'lamun.... Masya Allah banyak banget hadiahnya kalau kita
berniaga dengan Allah. Artinya dagang dengan jujur luar
biasa.
Artinya, jangan pernah berpikir ketika kita bersedekah dalam
berbisnis?
Dapat duit tapi nggak dapat rezeki. Koruptor itu dapat duit,
pedagang licik dapat duit, penimbun dapat duit, tapi nggak
dapat rezeki.
Kenapa orang Mukmin senang bersedekah? Karena dia dekat dengan
Allah, dia cinta Allah dia punya sifat Ar-Rahman. Ar-Rahman
itu Maha pengasih, dia senang mengasih. Kedua Maha Pemurah,
baik, mudah, tidak sulit, tidak mempersulit. Ketiga, Maha
Dermawan. Makanya, Arrahimun ya arhamurrahman (Orang
penyayang disayangi oleh yang Maha Penyayang). Orang pengasih
disenangi yang Maha Pengasih. Dermawan disukai oleh Maha
Dermawan.
Sampai Nabi Muhammad SAW memberi kunci, kalau ingin
mendapatkan rezeki istanjilurrizqa bissadaqati. Ini keluar
dari logika ekonomi dan ilmu matematika. Carilah rezeki dengan
bersedekah. Logika matematika dan hukum ekonomi nggak ketemu,
kurang, apalagi logika bagi ‘Si Bakhil’ dan ‘Si Serakah’ jauh
sekali. Logika iman lain lagi, justru rezeki itu dengan
sedekah kita baru dapat nilai rezekinya.
Kemudian, kedua, kenapa dia mau? Karena rezeki itu punya Allah
RAzzaq. Allah berikan kepada hamba yang bederma. Jadi, siapa
yang mau, baru dibuka. Makanya Ar-Razzaq ada pintunya. Nah,
kuncinya adalah sedekah. Makin sering terbuka maka makin
lebar. Apa yang kamu infakkan berarti kau mendekatkan dirimu
kepada Allah. Makanya yang ketiga, ada keridhaan Allah di
situ. Kalau Allah sudah sayang, nyaman hidup ini. Nggak ada
kesulitan lagi, kenyamanan, ketenangan, keterbukaan,
kesejahteraan. Makanya pintu rezeki ini dengan sedekah dan
silaturahim maka akan terbuka. Yang miskin juga kenyang, maka
yang kaya juga aman. Kalau miskin lapar, yang kaya nggak
nyaman.
Sumber: Tabloid Republika / Jumat, 27 Juni 2008 / Hal. 5

0 komentar:


Blogspot Template by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Best Architectural Homes